Mengenal Tugu Monas Melalui Sejarah Yang Meliputi Bangunannya

Seluruh manusia yang berpenghuni di negara Indonesia ini sudah pasti kenal dengan Tugu Monas yang berada di ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Telah diketahui juga, bahwa Monas adalah sebuah monumen nasional yang telah dijadikan salah satu ikon di indonesia pula. Pembangunan dari Tugu Monas tersebut yang berawal dari terciptanya Menara Eiffel atapun Menara Pisa, yang dulunya Presiden Soekarno membangunnya untuk dijadikan sebagai ikon indonesia sama seperti menara yang terkenal di luar negeri.
Namun pembangunan dari monas itu sendiri pun juga terkenal dengan Bongkahan Emas yang berada di ujung monumennya dan berbentuk seperti api. Mendirikan ikon seperti ini juga diketahui telah memakan banyak waktu dan banyaknya proses yang telah dilewati untuk membangun satu ikon kebanggan dari indonesia tersebut.
Tinggi dari monas yang mencapai ketinggian 132 meter (433 kaki) dan dibangun untuk memperingati serta mengenang perjuangan yang telah dilakukan oleh rakyat indonesia pada saat akan merebut kemerdekaan Indonesia dari pemerintah kolonial Hindia Belanda pada zaman dulu.
Monumen yang keberadaannya tepat di lapangan medan merdeka, jakarta pusat ini pastinya juga bisa untuk dikunjungi setiap harinya yang dimulai pada pukul 08 : 00 pagi sampai pukul 3 sore. Monas ini juga tidak bisa dikunjungi pada hari senin pada pekan terakhir di setiap bulannya. Monumen nasional yang pada malam hari akan dihiasi dengan indahnya air mancur dan lampu-lampu yang dinyalakan agar monas akan terlihat lebih indah lagi.
Selepas dari pemandangan dengan keindahan dari monas tersebut juga menyimpan banyak sejarah bagi bangsa Indonesia yang harus anda ketahui pada sebelumnya. Tentunya cerita bersejarah ini sangat penting bagi rakyat indonesia untuk mengetahuinya dan tidak sekedar menikmati keindahannya saja.
Guna dari mengetahui sejarah dari monas tersebut juga senantiasa generasi muda lebih menghargai jasa para pahlawan yang pada dulunya telah memperjuangkan kemerdekaan indonesia dari para penjajah yang telah menjajah indonesia di zaman dulu, hingga masyarakat indonesia pun bebas dari para penjajah tersebut.
Sejarah Awal Pembangunan Monas
Mungkin sebelumnya pada study di bangku sekolah dulu sudah mengetahui dari sejarah awal monas tersebut, namun kemungkinan besar juga pastinya anda sedikit lupa dengan sejarah tersebut. Yang pada zaman dulunya ibukota dari indonesia yang berada di Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke Jakarta seperti pada saat ini setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1949 lalu.
Pembangunan dari monas ini yang pada awalnya memag sudah direncanakan oleh presiden yang pertama indonesia, yaitu Presiden Soekarno untuk membangun sebuah monumen yang mirip dengan Menara Eiffel tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunannya yang memang memiliki tujuan untuk mengenang perjuangan oleh bangsa indonesia untuk merebut kemerdekaan pada tahun 1945.
Selepas dari itu juga bertujuan untuk terus membangkitkan inspirasi serta membangkitkan semangat patriotismenya. Pembangunan dari monas itu sendiri juga dilakukan Sayembara untuk mendesain tugu tersebut pada tahun 1955 yang pada sebelumnya telah dibentuk komite tersebut pada tanggal 17 Agustus 1954 lalu. Sejak dimulainya sayembara tersebut, ada banyak juga karya yang sudah diterima oleh pihak kepemerintahan sekitar 51 karya. Namun hanya satu karya saja yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang sudah disetujui.
Nama Frederich Silaban pun akhirnya dipilih dan telah memenuhi kriteria dari sayembara tersebut, ia dipilih karena desain yang telah dibuatnya juga menggambarkan karakter dari bangsa indonesia dan bisa bertahan selama berabad-abad, buktinya seperti sekarang ini dengan keadaannya yang masih berdiri kokoh dengan bangunannya yang sudah tua. Tidak hanya sampai disitu saja, karena pada sebelumnya ada komplain dari presiden soekarno yang kurang menyukai desain Silaban tersebut.
Akhirnya pada tahun 1960, sayembara pun dibuat kembali untuk kedua kalinya dan banyaknya peserta pada saat itu sekitar 136 peserta yang mengikuti sayembara tersebut. Namun tidak ada satupun para peserta yang bisa memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Setelah itu, presiden soekarno pun meminta Silaban untuk merancang ulang desain dari monumen yang telah dibuatnya terlebih dahulu dengan menggunakan Lingga dan Yoni.
Kemudian rencana itupun akhirnya gagal juga dikarenakan membutuhkan biaya dan anggaran yang cukup besar pula, sedangkan pada saat itu kondisi ekonomi indonesia dalam keadaan tidak baik, lantas bapak soekarno pun akhirnya memutuskan untuk memilih arsitek lainnya dengan melanjutkan desain tersebut dan nama R.M Soedarsono yang pada akhirnya terpilih untuk mendesain tugu monas tersebut.
Lalul R.M Soedarsono pun memulai rancangan yang diawali dengan memasukkan angka 17, 8 dan 45. Makna dari angka-angka dimasukkannya juga memiliki makna dan melambangkan hari kemerdekaan indonesia yaitu 17 Agustus 1945. Pada akhirnya monumen tersebut pun dibangun dengan area seluas 80 hektare dan diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R.M Soedarsono yang dibangun sejak tanggal 17 agustus 1961.
Pembangunannya pun yang terdiri dari tiga tahapannya, yaitu tahap pertama dalam kurun waktu 1961 sampai tahun 1964. pembangunannya pun mulai diresmikan pada tanggal 17 agustus 1961 yang pada saat itu soekarno menancapkan beton pertama pada pembangunan monas tersebut. Total dari pasak beton yang digunakan pada bangunan monas tersebut sekitar 284 pasak hanya untuk fondasinya saja dan diikuti 360 pasak bumi yang telah ditanam untuk menjadi fondasi museum sejarah nasional.
Pada bulan ketiga dan tahun 1962 pun keselurahan dari pemasangan fondasi pun akhirnya selesai, kemudian lanjut dengan membangun dinding museum yang berada di dasar bangunan dan selesai pada bulan Oktober ditahun yang sama juga. Selanjutnya para arsitek pun mulai melakukan pembangunan pada bagian Obelisk yang selesai pada bulan Agustus 1963 lalu.
Namun pembangunan monas pun sempat tertunda, karena adanya Gerakan 30 September 1965 yang pada saat itu juga berupaya untuk kudeta. Pada tahun 1969 sampai dengan tahun 1976, pembangunan tahap akhir pun dimulai dengan menambahkan diorama pada museum sejarah yang ada di monument tersebut dan pada akhirnya monas pun resmi dibuka pada tanggal 12 Juli 1975 oleh presiden kedua yaitu Bapak Soeharto.
Struktur Bangunan Monas
Yang pada awalnya sudah direncanakan oleh soekarno, maka tugu monas ini pun di desain dengan konsep Lingga dan Yoni. Karena ia berpendapat konsep tersebut adalah salah satu ciri khas dari budaya indonesia yang diikuti lewat konsep bangunan candi-candi bersejarah. Maksud dari Lingga pada monas tersebut adalah sebuah tugu obelisk yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin dan bersifat aktif juga positif. Kalau yoni itu sendiri adalah pelataran cawan landasan obelisk yang akan melambangkan perempuan dengan elemen feminim.
Lingga dan Yoni tersebut merupakan suatu lambang yang akan menggambarkan kesuburan dan juga kesatuan serta keharmonisan dari keduanya juga akan saling melengkapi dari masa prasejarah indonesia pada dulunya. Kalau melihat dari bentuk tugu monas ini juga bisa diartikan sebagai “Alu dan Lesung” merupakan alat penumbuk padi yang bisa ditemui setiap rumah petani di indonesia.
Dengan ketinggiannya yang mencapai 132 meter tersebut juga terdapat cawan diatasnya yang berbentuk api dan terbuat dari perunggu dengan ketinggian 17 meter memiliki diameter 6 meter dengan beratnya yang mencapai 14,5 ton. Lalu perunggu tersebut pun juga dilapisi Emas dengan berat 50 Kilogram.
Bagian dari api tersebut juga yang terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Selepas dari itu, emas yang terdapat di puncak monas tersebut adalah hasil dari sumbangan Teuku Markam yang merupakan salah seorang pengusaha asal Aceh juga pernah menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia pada saat itu.
Bagian Museum Sejarah Nasional
Jika para wisatawan pernah mengunjungi monumen nasional ini, maka di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah juga terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Museum nasional ini pun memiliki ruang yang sangat besar sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter dan dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Ruangan besar yang berlapis marmer ini juga terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi totalnya 51 diorama. Diorama ini juga menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa orde baru.
Diorama ini juga dimulai dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah indonesia yang dimulai dari masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit juga disusul masa penjajahan bangsa eropa dan disusul dengan perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC serta pemerintah Hindia Belanda.
Diorama ini pun berlangsung terus hingga masa pergerakkan nasional indonesia awal abad ke-20, pendudukan jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi. Hingga masa orde baru pada masa pemerintahan Soeharto.
Mitos Dari Relif Lidah Api
Seperti yang kita ketahui pada sebelumnya, kalau di Indonesia ini sangat banyak sekali mitos yang sudah berkembang ke telinga masyarakat dan mempercayainya. Mungkin anda adalah salah seorang yang pernah mendengarkan beberapa mitos mengenai Monumen Nasional ini yang menyebutkan bahwa dipuncak monas terdapat bentuk yang menyerupai wanita pada api emas tersebut.
Tersebarnya mitos sesosok perempuan yang berada diatas puncak monas dengan duduk bersimpuh dan miliki rambut panjang yang tergerai juga menghadap ke Istana Negara. Jika dilihat dari sisi sebelah kiri Monas pada Jalan Medan Merdeka Barat sebelah utara, dekat dengan Istana Negara, akan sediit terlihat seperti apa yang dikatakan mitos tersebut. Namun jika dilihat dari sisi yang berbeda tidak akan terlihat seperti sosok perempuan tersebut.
Dari mitos tersebut juga dikatakan, bahwa pembuatan api emas yang berbentuk seperti sesosok perempuan tersebut alasannya adalah karena perancang lidah api tersebut bermaksud agar sang wanita layaknya menyemangati pekerjaan berat yang di lakukan Presiden dan juga alasan-alasan lainnya. Sebenarnya hal tersebut hanyalah cerita fiktif belaka saja. Sebab jika kita melihatnya dengan seksama dan menggunakan teropong, maka akan terlihat sangat jelas bahwa anda tidak akan melihat sosok wanita tersebut. Melainkan hanya akan melihat relief api saja.
Meskipun penjelasan itu sudah dibeberkan, tetap saja masih banyak yang mengatakan bahwa sosok wanita tersebut hanya bisa dilihat dari kejauhan dan tepat dari berdiri segaris lurus antara tugu monas dengan Istana Presiden di jalan Merdeka Utara.
Mitos yang sudah beredar tersebut pun masih banyak mengundang kontroversi, karena sah-sah saj bentuk yang dilihat banyak orang tersebut memang bukanlah di sengaja, melainkan pemikiran yang memang sudah dirasuki dengan mitos tersebut. Maka akan terlihat pula dengan apa yang mereka yakini, namun ada juga sebagian dari orang yang mengatakan bahwa mitos tersebut benar adanya.
Kalau para masyarakat yang belum mengetahui mengenai pembangunannya, sudah pasti akan mengatakan bahwa mitos tersebut memang benar dan bukan sebuah mitos saja. Jika sebagian dari mereka yang sudah mengetahui sejarah dari pembangunannya tadi, maka mitos tersebut juga tidak akan tersebar dan tidak akan dipercayai kebenarannya.
Secara logika saja pun mitos itu sudah tidak masuk akal. Maka dari itu, saya pribadi memberikan rangkuman mengenai sejarah dri pembangunan dan struktur pembangunannya yang sudah saya kutip dari berbagai sumber juga agar anda tidak terikut mempercayai mitos tersebut.
Sampai disini sajalah perjumpaan kita pada artikel kali ini yang mengupas secara tuntas untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai pembangunan monas tersebut. Setelah anda sudah mengetahui dan memahami segalanya rangkuman yang saya buat tersebut, semoga saja bisa menambah wawasan para pembaca sekalian dan membagikan pengetahuan tersebut ke generasi selanjutnya agar mengenal monas dengan sejarah dan segalanya yang terkait pada artikel ini.